Cirebon. Kota yang mendapat sebutan “Kota Udang” ini menjadi salah satu titik penting bagi jaringan KA di Pulau Jawa karena merupakan titik persimpangan jalur KA lintas utara dan lintas selatan Jawa. Dari Cirebon, jalur KA bersimpang menuju Jakarta, Surabaya, dan Yogyakarta hingga Surabaya lagi. Tak hanya itu, wilayah Cirebon dan sekitarnya ternyata juga menyimpan riwayat panjang perkeretaapian dan tinggalan-tinggalan bersejarah perkeretaapian. Keberadaan perkebunan tebu dan industri gula pada masa kolonial Hindia Belanda di wilayah Cirebon mendorong kehadiran moda transportasi perkeretaapian yang kemudian turut memacu perkembangan wilayah Cirebon dan sekitarnya, termasuk juga tata ruang di Kota Cirebon.
Balai Arkeologi Jawa Barat (Balar Jabar) yang memiliki wilayah kerja Provinsi Jawa Barat, Banten, DKI Jakarta, dan Lampung sepanjang tahun 2017-2019 melaksanakan kegiatan Penelitian Arkeologi Perkeretaapian di wilayah Cirebon dan sekitarnya. Bila pada tahun 2018, Yayasan Kereta Anak Bangsa turut serta menyumbangkan materi dan masukan untuk penelitian Balar Jabar tersebut, maka pada tahun 2019, Yayasan KAB turut serta secara penuh dengan mengirimkan perwakilannya sebagai anggota tim penelitian Balar Jabar untuk melaksanakan kegiatan penelitian “Kereta Api dan Tata Ruang Kota Cirebon”.
Penelitian yang dilakukan mencakup sejarah kehadiran perkeretaapian di Kota Cirebon serta dampaknya terhadap perkembangan tata ruang Kota Cirebon dan juga terkait dengan tinggalan perkeretaaapian dan kolonial yang ada di Kota Cirebon. Penelitian dilakukan sejak bulan April hingga Mei 2019, yang dimulai dari kegiatan Diskusi Kelompok Terfokus (FGD), penelitian lapangan, konsinyering, dan penyusunan serta penyelesaian laporan hasil penelitian pada bulan Oktober 2019. Pada kegiatan penelitian ini, Yayasan KAB secara aktif terlibat dalam kegiatan penelitian termasuk pula dengan berbagi informasi dan data, membantu penyusunan laporan penelitian serta mendokumentasikan kegiatan penelitian.