Suatu destinasi wisata mustahil berkembang tanpa aksesibilitas yang tinggi. Harus ada sarana transportasi yang baik. Wisatawan harus memiliki pilihan moda transpor yang berkualitas dan efektif. Begitu pula dengan Pangandaran. Ya, Pangandaran memang destinasi wisata yang cukup terkenal dengan wisata pantainya. Perekonomian wilayah setempat sangat bertumpukan pada sektor pariwisata.
Pangandaran memang punya jalur KA, tapi itu dulu, saat KA masih beroperasi hingga tahun 80-an. Sekarang tinggal jadi kenangan masa silam. Nah, seiring perkembangan perekonomian dan sektor wisata, kebutuhan untuk mereaktivasi jalur KA dari Banjar hingga Pangandaran dan Cijulang menguat lagi. Pangandaran perlu akses transportasi yang berkualitas untuk mendukung industri wisatanya.
Reaktivasi jalur nonaktif merupakan ranah Pemerintah. Namun PT Kereta Api Indonesia (Persero)/KAI khususnya Daerah Operasi (Daop) 2 Bandung sebagai salah satu pemangku kepentingan memiliki tanggung jawab atas pengamanan, perawatan, dan pemanfaatan aset jalur KA nonaktif, termasuk jalur Banjar-Pangandaran-Cijulang. Sehingga nantinya suatu saat ada kebijakan reaktivasi, KAI tentu berkewajiban pula mempersiapkan tak hanya aspek sarana dan operasi melainkan juga kesiapan lahan eksisting jika digunakan kembali.
Untuk itulah KAI Daop 2 Bandung mengadakan kegiatan obervasi aset ke Pangandaran dengan tajuk Napak Tilas Jalur KA Nonoperasi Banjar-Pangandaran. Pada kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal 25-26 Oktober 2016 ini, KAI Daop 2 Bandung bersinergi denganKereta Anak Bangsa melakukan persiapan dan penyelenggaraan kegiatan yang diikuti jajaran manajemen KAI Daop 2 Bandung, komunitas pencinta KA dan jurnalis media lokal.
Kereta Anak Bangsa berkontribusi memandu observasi di setiap objek aset peninggalan seperti bekas Stasiun Banjarsari dan Kalipucang, serta di Terowongan Hendrik, Juliana, Wilhelmina, dan Jembatan Cipamotan. Pada sesi diskusi dan silaturahmi dengan Musyawarah Pimpinan Kecamatan Pangandaran, selain memandu jalannya diskusi, Kereta Anak Bangsa turut menyajikan paparan tentang sejarah, profil, dan kondisi aset di jalur Banjar-Pangandaran dan Cijulang serta menyajikan pemutaran film dokumenter saat KA masih beroperasi di jalur ini di masa kolonial Belanda.