Meski terbilang pendek, hanya sekitar 11 km, sesungguhnya pada masa silam jalur KA Rancaekek-Tanjungsari (yang dilanjutkan pembangunannya hingga Citali) di wilayah Priangan, Jawa Barat, memiliki arti sangat strategis. Pada tahun 1921 Staatsspoorwegen (SS), perusahaan KA milik pemerintah Hindia Belanda membangun dan mengoperasikan jalur ini tidak hanya untuk angkutan perkebunan belaka, namun terutama digunakan untuk kepentingan pertahanan. Belanda kala itu memerlukan sarana transportasi yang efektif untuk memobilisasi pasukan dan alat perang guna mengantisipasi adanya serangan ke Bandung dari arah Cirebon yang merupakan kota pelabuhan.

Bahkan, jalur KA Rancaekek-Tanjungsari direncanakan sebagai bagian dari pembangunan jalur KA yang langsung menghubungkan Kota Bandung dan Cirebon melalui Sumedang untuk kemudian terhubungkan dengan jalur Cirebon-Kadipaten yang telah dioperasikan oleh perusahaan trem Semarang-Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS). Namun sayang, karena keterbatasan dana dan juga adanya resesi ekonomi dunia pada tahun 1930-an, rencana besar ini tidak kunjung diwujudkan bahkan hingga Indonesia merdeka.

Jalur ini telah lama nonaktif sejak masa pendudukan militer Jepang. Kini, meski zaman telah berubah, ternyata kebutuhan untuk mereaktivasi jalur ini kembali mengemuka. Makin berkembangnya wilayah Jatinangor yang kini menjadi kawasan lembaga pendidikan, proyek pembangunan Bandara Kertajati di Majalengka dan kepadatan lalu lintas di ruas jalan Bandung –Cirebon mendorong adanya kebutuhan untuk melakukan reaktivasi dan bahkan meneruskan pembangunan jalur hingga Cirebon dan Bandara Kertajati, seperti yang telah direncanakan hampir seratus tahun silam.

Sebagai salah satu pemangku kepentingan perkeretaapian, PT Kereta Api Indonesia (Persero) berkeinginan turut pula berkontribusi untuk mendorong pemanfaatan aset dan proses aktivasi kembali jalur nonaktif Rancaekek-Tanjungsari-Citali. Niat ini diwujudkan dalam penyelenggaraan kegiatan Napak Tilas Jalur Kereta Api Nonaktif Rancaekek-Tanjungsari-Citali pada tanggal 29 Maret 2016 bersinergi dengan Kereta Anak Bangsa dan Sahabat Museum. Kegiatan sehari penuh ini diikuti oleh para jurnalis media massa, komunitas pencinta KA dan pencinta sejarah serta diisi dengan aktivitas mengunjungi obyek peninggalan bersejarah yang masih bisa dijumpai di jalur ini seperti bekas Jembatan KA Cincin/Cikuda, bekas pondasi jembatan Tunggul Hideung di Citali, bekas Stasiun Tanjungsari dan viaduk Tanjungsari. Selain itu dilaksanakan pula kegiatan Forum Diskusi dan Silaturahmi dengan unsur pemimpin Pemerintah Kabupaten Sumedang dan beberapa Camat di wilayah setempat.Kereta Anak Bangsa berkontribusi aktif pada kegiatan ini dengan memandu seluruh kegiatan kunjungan, memberikan edukasi dan informasi sejarah dan profil jalur serta memandu jalannya diskusi.


Salah satu objek bersejarah, bekas Jembatan Cincin/Cikuda
Intrias dari Kereta Anak Bangsa sedang memaparkan tentang jalur nonaktif Rancaekek-Tanjungsari-Citali

Peserta napak tilas mengunjungi obyek peninggalan bersejarah dengan menyusuri rel kereta api

Peserta berfoto di depan bekas Jembatan Cincin/Cikuda

Untuk video Liputan media atas kegiatan ini dapat disaksikan pada video di tautan-tautan berikut ini :

  1. Metro News TV | Cerita Rel Mati Tanjungsari
  2. Gilang Akbar | Video Drone Jalur Mati Rancaekek- Tanjungsari
Previous Next
Close
Test Caption
Test Description goes like this